SELF SUFFICIENCY ECONOMY PHILOSOPHY

Written by Yohanes Indrakusuma, December 10, 2020

PELAJARAN YANG SAYA DAPAT SAAT BERTUGAS DI THAILAND

Happy New Year 2018! Let’s make 2018 our best year!

Bulan November 2017, saya bertugas di Thailand. Saya sendiri sudah pernah mengunjungi 21 negara, namun kunjungan ke Thailand kali ini sangat bermakna bagi saya. Salah satu hal yang selalu menarik perhatian saya setiap kali bepergian ke luar negeri adalah memperhatikan perkembangan ekonomi negara tersebut, dan memetik hal-hal baik yang bisa kita terapkan di kehidupan sehari-hari.


Di akhir pekan, saya mengunjungi tempat crematorium Raja Bhumibol Adulyadej. Saya bertanya: “Mengapa Raja ini sudah meninggal lebih dari 1 tahun (13 Oktober 2016), namun ribuan orang setiap hari mengunjungi tempat ini untuk menyatakan penghormatan terhadap almarhum Raja? Apa yang membuat Raja ini sangat spesial? Apa yang telah Raja berikan kepada rakyatnya?”


Raja Bhumibol Adulyadej memerintah selama 60 tahun di Thailand (terlama di dunia), memiliki keteladanan: integritas, menyentuh dan mengubah kehidupan seluruh rakyat Thailand, terutama kaum petani miskin.
Saat mulai memerintah, Raja melihat kondisi petani yang miskin, para petani di desa menanam opium (sejenis narkotika). Selain itu, banyak petani yang menggadaikan tanahnya untuk kebutuhan sehari-hari, akhirnya kehilangan tanahnya, karena tidak sanggup membayar hutang, sehingga terjebak dalam kemiskinan.

Raja menyusun strategi:

“There must be a foundation here with the majority of the people having enough to live on by using methods and equipment which are economical but technically correct as well.”
“The important thing for us is to have a sufficient economy. A sufficient economy means to have enough to support ourselves.”

Self Sufficient Economy artinya memiliki sumber makanan dan penghasilan yang cukup untuk kehidupan sehari-hari dalam jangka panjang tanpa harus meminjam.

Mulai dari tahun 1969, Raja menjalankan Royal Project untuk mengajari para petani opium, supaya bisa menghasilkan income yang lebih baik dibanding menanam opium dan memiliki ketahanan jangka panjang.
Lahan dibagi menjadi 4 dengan komposisi: 30 : 30 : 30 : 10 yang hasilnya untuk dikonsumsi sendiri satu keluarga dan dijual ke pasar
1) 30% PADDY FIELD – menanam padi
2) 30% POND/WATER RESERVOIR – membuat sumber air untuk minum dan beternak ikan untuk tambahan income
3) 30% TREES/CROPS – menanam buah-buahan yang bisa dijual
4) 10% RESIDENTIAL – untuk rumah tinggal, menanam sayuran, memelihara ayam, sapi

Gambar 2: Farming System in Thailand

 

Dengan strategi ini, Raja berhasil merubah kehidupan rakyat miskin menjadi lebih sejahtera, rakyat bisa tercukupi kebutuhan sehari-hari tanpa harus meminjam dari rentenir, GDP per capita meningkat dari USD186.88 (1969) menjadi USD682.77 (1980). Sejak 1980an, produk-produk agriculture Thailand mulai diekspor dan sangat popular seperti: Beras Thailand, ayam Bangkok, jambu Bangkok, durian Bangkok, dll.


GDP per capita, merupakan salah satu indicator ekonomi untuk mengukur rata-rata income per orang di suatu negara. Sebagai perbandingan di grafik berikut, kita bisa lihat dari data terakhir World Bank, GDP per capita Thailand USD5,907.91 (2016), sedangkan Indonesia USD3,570. 29 (2016)

Gambar 3: GDP per Capita comparison Indonesia vs Thailand

APA YANG BISA KITA PELAJARI?

1. INCOME

Mengandalkan 1 sumber income sangat beresiko untuk jangka panjang, jadi mulai sekarang kita bisa mulai belajar dan menciptakan Multiple Stream of Income, misalkan:

Salary/Wage from a Job or Services

Private Business Offline and Online
Business: B2B, B2C
Home based business: catering, cookies, souvenirs, etc

  • Investing and Trading
  • Cash value from Insurance
  • Rental income from Property
  • Dividends from Stocks
  • Coupon from Bonds
  • Interest from Fixed Deposits
  • Monthly Trading Profits (Stock, Forex, etc)

 

2. ASSET ALLOCATION

Pentingnya mengalokasikan asset untuk kebutuhan keuangan jangka panjang. Misalkan:

  • (persentase berikut hanya contoh, disesuaikan dengan tujuan finansial dan usia)
  • 30% - Property/Real Estate – investasi ke bidang property dengan tujuan mendapatkan rental income atau membangun property untuk dijual lagi
  • 30% - Security (Steady and Safe) -  life & health insurance (asuransi jiwa dan kesehatan) untuk melindungi income dan asset keluarga
  • 30% - Growth/Risk – alokasi ke asset yang menghasilkan income jangka panjang, dibagi-bagi lagi berdasarkan resiko dan usia
  • Low Risk – Government Bonds (ORI, SUKUK), Certificate Deposit, Pension Plan, Fixed Income Mutual Fund, etc
  • Medium Risk – Equities Mutual Fund, Blue Chip Stocks,
  • High Risk – Currencies, Commodities (Gold, Oil)

10% - Dream/Charity/Philanthropy – alokasi investasi beramal, misalkan: ibadah haji, membantu pendidikan anak-anak yang kurang mampu, membangun sekolah, tempat ibadah, panti asuhan, dll.

Gambar 4: Asset Allocation

3. ACTION

Kita bisa mulai dari diri sendiri di tahun 2018, harus jadi orang GILA (Gali Ilmu Langsung Action):

Mengajak lingkungan kita untuk lebih produktif dan menciptakan peluang-peluang usaha.

Menambah sumber income dengan mulai belajar dan praktek, misalkan: jika anda berminat stock and forex trading, maka anda bisa mendaftarkan diri ke http://catinstitute.org/

Evaluasi alokasi asset kita dan mulai mengalokasikan secara bijak

Semoga tulisan di atas berguna untuk kita semua dalam membangun Indonesia yang lebih baik dan sejahtera.
Let’s make Indonesia financially strong, Rich is Good

Tentang Penulis
Yohanes adalah seorang profesional disebuah perusahaan multinasional, juga menjalankan usaha di bidang financial consultancy, asset & income protection. Selain itu juga aktif dibidang Property sebagai seorang Investor Property, senang traveling (sudah mengunjungi 21 negara). Saat ini sedang belajar dan praktek di bidang Stock and Currencies Trading.

Butuh Konsultasi?

Hubungi Kami