OVERBOUGHT & OVERSOLD, SERTA CARA MEMANFAATKANNYA!

Written by Karlina, November 19, 2020

Tahukah kamu, harga di pasar modal tidak selalu bergerak naik terus menerus atau turun terus menerus. Pada suatu level tertentu, harga yang telah naik atau turun terlalu jauh akan mengalami retracement atau biasa kita kenal dengan koreksi, sebelum meneruskan pergerakan arah trend atau berbalik arah. Harga yang naik dan mencapai level tertentu akan mengalami kondisi “jenuh beli” atau overbought, dan harga yang turun hingga level tertentu akan mengalami keadaan “jenuh jual” atau oversold.

Pada kondisi overbought atau oversold kemungkinan yang akan terjadi adalah koreksi, atau pembalikan arah gerak (reversal). Kedua kemungkinan tersebut bisa dikonfirmasi dengan indikator. Biasanya dengan keluarga indikator oscillator, yang paling populer adalah indikator Relative Strength Index (RSI). Jika terkonfirmasi dengan benar, maka keadaan overbought ataupun oversold merupakan sebuah peluang trading yang bagus.

Overbought dan Oversold

Keadaan overbought atau jenuh beli menunjukkan periode waktu dimana terjadi suatu pergerakan uptrend yang signifikan dan konsisten tanpa mengalami koreksi yang berarti (Bullish yang sangat signifikan). Pada chart trading keadaan ini tampak jelas ketika harga naik dari level yang paling rendah di sebelah kiri bawah chart ke level yang paling tinggi di sebelah kanan atas chart seperti pada contoh berikut:

Keadaan oversold atau jenuh jual menunjukkan periode waktu dimana terjadi suatu pergerakan downtrend yang signifikan dan konsisten tanpa mengalami koreksi yang berarti (Bearish yang sangat signifikan). Pada chart trading keadaan ini tampak ketika harga turun dari level yang paling tinggi di sebelah kiri atas chart ke level yang paling rendah di sebelah kanan bawah chart seperti berikut:

Karena harga tidak akan terus menerus naik atau turun, pada level tertentu akan berbalik arah. Level dimana harga kemungkinan besar akan berbalik arah tersebut adalah level-level overbought atau oversold. Sering kali harga bergerak ranging (sideways) pada level-level tersebut dalam waktu yang agak lama sebelum mulai berbalik arah. Kita akan melihat level overbought dan level oversold tersebut dengan bantuan indikator RSI serta kapan peluang trading yang paling tepat.

Melihat peluang Entry dengan Indikator RSI

Indikator yang populer untuk mengidentifikasi keadaan overbought dan oversold adalah RSI. Aturannya sederhana, ketika RSI telah mencapai level 70 maka dianggap harga telah overbought dan kemungkinan besar akan terjadi koreksi ke arah bawah (downtrend), sementara ketika level RSI mencapai 30 harga dianggap telah oversold dan akan terjadi koreksi ke arah atas (uptrend).

Namun demikian, kita mesti sabar untuk act open posisi, karena sering kali indikator RSI telah menunjukkan keadaan overbought atau oversold tetapi harga masih naik atau turun dengan kencang. Agar aman, kita mesti menunggu saat garis RSI telah memotong garis level 30 dari bawah ke atas untuk kasus oversold seperti contoh berikut, atau memotong garis level 70 dari atas ke bawah untuk kasus overbought.

Pada contoh di atas, entry BUY dilakukan setelah RSI memotong level 30 dari bawah ke atas, dan hindari untuk entry ketika keadaan oversold baru saja terjadi.

Selain dengan indikator RSI, kondisi overbought dan oversold yang potensial sebagai titik entry dan exit ini juga dapat dideteksi dengan indikator Stochastic, CCI, dan banyak lainnya. Tentunya pelajari dan dalami Teknik trading yang ingin anda kuasai. Karena pada dasarnya terlalu banyak berusaha memahami Teknik dan Indikator malah akan membuat Trader bingung untuk menentukan tindakan yang akan dia ambil (BUY, SELL, or WAIT)

Butuh Konsultasi?

Hubungi Kami